Saturday, May 1, 2010

Buat Yang Benci Salafy




Posted on November 6, 2007 by Abu Salma
Mohamad Fachrurozi

Buat Yang Benci Salafy

Oleh : Abu Salma
bin Rosyid

Dengan mengaharap pertolongan Allah ta’ala saya
hadirkan sebuah tulisan yang menjelaskan tentang hakikat dakwah
salafiyah, karena telah berkembang opini yang sangat kuat bahwa dakwah
salafiyah adalah dakwah pemecah belah umat, keras kaku dan
bermacam-macam tuduhan keji lainnya. Dan anehnya tuduhan keji itu
berasal juga dari orang-orang yang menisbatkan diri kepada dakwah
sunnah, anti bid’ah, kebangkitan ummat dan nisbah-nisbah positif
lainnya.

Dan tidak dipungkiri ramainya permusuhan blogger
terhadap dakwah salaf ini, berangkat memang benci, tidak tahu, aatau
memang benar-benar memusuhi. Tulisan ini hadir untuk menolong bagi siapa
saja yang masih mengharap secercah tegaknya kejujuran.

Selamat
membaca…!

Hakikat Dakwah Salafiyah

Oleh : Ust. Abu
Muhammad Dzulqarnain



Salafiyah adalah salah satu
penamaan lain dari Ahlussunnah Wal Jama’ah yang menunjukkan ciri dan
kriteria mereka.

Salafiyah adalah pensifatan yang diambil dari
kata سَلَفٌ (Salaf) yang berarti mengikuti jejak, manhaj dan jalan
Salaf. Dikenal juga dengan nama سَلَفِيُّوْنَ (Salafiyyun). Yaitu bentuk
jamak dari kata Salafy yang berarti orang yang mengikuti Salaf. Dan
juga kadang kita dengar penyebutan para ‘ulama Salaf dengan nama
As-Salaf Ash-Sholeh (pendahulu yang sholeh).

Dari keterangan di
atas secara global sudah bisa dipahami apa yang dimaksud dengan
Salafiyah. Tapi kami akan menjelaskan tentang makna Salaf menurut para
‘ulama dengan harapan bisa mengikis anggapan/penafsiran bahwa dakwah
Salafiyah adalah suatu organisasi, kelompok, aliran baru dan
sangkaan-sangkaan lain yang salah dan menodai kesucian dakwah yang
dibawa oleh Rasulullah shollallahu ‘alahi wa alihi wa sallam ini.

Kata
Salaf ini mempunyai dua definisi ; dari sisi bahasa dan dari sisi
istilah.

Definisi Salaf secara bahasa

Berkata Ibnu Manzhur
dalam Lisanul ‘Arab : “Dan As-Salaf juga adalah orang-orang yang
mendahului kamu dari ayah-ayahmu dan kerabatmu yang mereka itu di atas
kamu dari sisi umur dan keutamaan karena itulah generasi pertama
dikalangan tabi’in mereka dinamakan As-Salaf Ash-Sholeh”.

Berkata
Al-Manawi dalam At-Ta’arif jilid 2 hal.412 : “As-Salaf bermakna
At-Taqoddum (yang terdahulu). Jamak dari salaf adalah أََسْلاَفٌ
(aslaf)”.

Masih banyak rujukan lain tentang makna salaf dari sisi
bahasa yang ini dapat dilihat dalam Mauqif Ibnu Taimiyyah minal
‘asya’irah jilid 1 hal.21.

Jadi arti Salaf secara bahasa adalah
yang terdahulu, yang awal dan yang pertama. Mereka dinamakan Salaf
karena mereka adalah generasi pertama dari ummat Islam.

Definisi
Salaf secara Istilah

Istilah Salaf dikalangan para ‘ulama
mempunyai dua makna ; secara khusus dan secara umum.

Pertama :
Makna Salaf secara khusus adalah generasi permulaan ummat Islam dari
kalangan para shahabat, Tabi’in (murid-murid para Shahabat), Tabi’ut
Tabi’in (murid-murid para Tabi’in) dalam tiga masa yang mendapatkan
kemulian dan keutamaan dalam hadits mutawatir yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhary, Muslim dan lain-lainnya dimana Rasulullah shollallahu
‘alahi wa alihi wa sallam menyatakan :

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ
ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

“Sebaik-baik
manusia adalah generasiku kemudian generasi setelahnya kemudian
generasi setelahnya”.

Makna khusus inilah yang diinginkan oleh
banyak ‘ulama ketika menggunakan kalimat Salaf dan saya akan menyebutkan
beberapa contoh dari perkataan para ‘ulama yang mendefinisikan Salaf
dengan makna khusus ini atau yang menggunakan istilah Salaf dan mereka
inginkan dengannya makna Salaf secara khusus.

Berkata Al-Bajury
dalam Syarah Jauharut Tauhid hal.111 : “Yang dimaksud dengan salaf
adalah orang-orang yang terdahulu dari para Nabi dan para shahabat dan
orang-orang yang mengikuti mereka”.

Berkata Al-Qolasyany dalam
Tahrirul Maqolah Syarah Ar-Risalah : “As-Salaf Ash-Sholeh yaitu generasi
pertama yang mapan di atas ilmu, yang mengikuti petunjuk Nabi shollahu
‘alahi wa alihi wa sallam lagi menjaga sunnah-sunnah beilau. Allah
memilih mereka untuk bershahabat dengan Nabi-Nya dan memilih mereka
untuk menegakkan agama-Nya dan mereka itulah yang diridhoi oleh para
Imam ummat (Islam) dan mereka berjihad di jalan Allah dengan
sebenar-benar jihad dan mereka mencurahkan (seluruh kemampuan mereka)
dalam menasehati ummat dan memberi manfaat kepada mereka dan mereka
menyerahkan diri-diri mereka dalam menggapai keridhoan Allah”.

Dan
berkata Al-Ghazaly memberikan pengertian terhadap kata As-Salaf dalam
Iljamul ‘Awwam ‘An ‘ilmil Kalam hal.62 : “Yang saya maksudkan dengan
salaf adalah madzhabnya para shahabat dan Tabi’in”.

Lihat Limadza
Ikhtartu Al-Manhaj As-Salafy hal.31 dan Bashoir Dzawisy Syaraf
Bimarwiyati Manhaj As-Salaf hal.18-19.

Berkata Abul Hasan
Al-Asy’ary dalam Kitab Al-Ibanah Min Ushul Ahlid Diyanah hal.21 : “Dan
(diantara yang) kami yakini sebagai agama adalah mencintai para ‘ulama
salaf yang mereka itu telah dipilih oleh Allah ‘Azza Wa Jalla untuk
bershahabat dengan Nabi-Nya dan kami memuji mereka sebagaimana Allah
memuji mereka dan kami memberikan loyalitas kepada mereka seluruhnya”.

Berkata
Ath-Thohawy dalam Al-‘Aqidah Ath-Thohawiyah : “Dan ulama salaf dari
generasi yang terdahulu dan generasi yang setelah mereka dari kalangan
Tabi’in (mereka adalah) Ahlul Khair (ahli kebaikan) dan Ahli Atsar
(hadits) dan ahli fiqh dan telaah (peneliti), tidaklah mereka disebut
melainkan dengan kebaikan dan siapa yang menyebut mereka dengan
kejelekan maka dia berada di atas selain jalan (yang benar)”.

Dan
Al-Lalika`i dalam Syarah Ushul I’tiqod Ahlis Sunnah Wal Jama’ah jilid 2
hal.334 ketika beliau membantah orang yang mengatakan bahwa Al-Quro
dialah yang berada dilangit, beliau berkata : “Maka dia telah
menyelisihi Allah dan Rasul-Nya dan menolak mukjizat Nabi-Nya dan
menyelisihi para salaf dari kalangan Shahabat dan tabi’in dan
orang-orang setelahnya dari para ‘ulama ummat ini”.

Berkata
Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman jilid 2 hal.251 tatkala beliau
menyebutkan pembagian ilmu, beliau menyebutkan diantaranya : “Dan
mengenal perkataan-perkataan para salaf dari kalangan shahabat, Tabi’in
dan orang-orang setelah mereka”.

Dan berkata Asy-Syihristany
dalam Al-Milal Wa An-Nihal jilid 1 hal.200 : “Kemudian mengetahui
letak-letak ijma’ (kesepakatan) shahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in
dari Salafus Sholeh sehingga ijtihadnya tidak menyelisihi ijma’
(mereka)”.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Bayan
Talbis Al-Jahmiyah jilid 1 hal.22 : “Maka tidak ada keraguan bahwasanya
kitab-kitab yang terdapat di tangan-tangan manusia menjadi saksi
bahwasanya seluruh salaf dari tiga generasi pertama mereka
menyelesihinya”.

Dan berkata Al-Mubarakfury dalam Tuhfah
Al-Ahwadzy jilid 9 hal.165 : “…Dan ini adalah madzhab Salafus Sholeh
dari kalangan shahabat dan Tabi’in dan selain mereka dari para ‘ulama
-mudah-mudahan Allah meridhoi mereka seluruhnya-”.

Dan hal yang
sama dinyatakan oleh Al-’Azhim Abady dalam ‘Aunul Ma’bud jilid 13 hal.7.

Kedua
: Makna salaf secara umum adalah tiga generasi terbaik dan orang-orang
setelah tiga generasi terbaik ini, sehingga mencakup setiap orang yang
berjalan di atas jalan dan manhaj generasi terbaik ini.

Dan
berkata Al-’Allamah Muhammad As-Safariny Al-Hambaly dalam Lawami’
Al-Anwar Al-Bahiyyah Wa Sawathi’ Al-Asrar Al-Atsariyyah jilid 1 hal.20 :
“Yang diinginkan dengan madzhab salaf yaitu apa-apa yang para shahabat
yang mulia -mudah-mudahan Allah meridhoi mereka- berada di atasnya dan
para Tabi’in yang mengikuti mereka dengan baik dan yang mengikuti mereka
dan para Imam agama yang dipersaksikan keimaman mereka dan dikenal
perannya yang sangat besar dalam agama dan manusia menerima
perkataan-perkataan mereka…”.

Berkata Ibnu Abil ‘Izzi dalam
Syarah Al ‘Aqidah Ath-Thohawiyah hal.196 tentang perkataan Ath-Thohawy
bahwasanya Al-Qur`an diturunkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala : “Yakni
merupakan perkataan para shahabat dan yang mengikuti mereka dengan baik
dan mereka itu adalah Salafus Sholeh”.

Dan berkata Asy-Syaikh
Sholeh Al-Fauzan dalam Nazharat Wa Tu’uqqubat ‘Ala Ma Fi Kitab
As-Salafiyah hal.21 : “Dan kata Salafiyah digunakan terhadap jama’ah
kaum mukminin yang mereka hidup di generasi pertama dari
generasi-generasi Islam yang mereka itu komitmen di atas Kitabullah dan
Sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam dari kalangan
shahabat Muhajirin dan Anshor dan yang mengikuti mereka dengan baik dan
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam mensifati mereka
dengan sabdanya : “Sebaik-baik manusia adalah zamanku kemudian zaman
setelahnya kemudian zaman setelahnya….”.

Dan beliau juga berkata
dalam Al-Ajwibah Al-Mufidah ‘An As`ilah Al-Manahij Al-Jadidah
hal.103-104 : “As-Salafiyah adalah orang-orang yang berjalan di atas
Manhaj Salaf dari kalangan Shahabat dan tabi’in dan generasi terbaik,
yang mereka mengikutinya dalam hal aqidah, manhaj, dan metode dakwah”.

Dan
berkata Syaikh Nashir bin ‘Abdil Karim Al-‘Aql dalam Mujmal Ushul
I’tiqod Ahlus Sunnah Wal Jama’ah hal.5 : “As-Salaf, mereka adalah
generasi pertama ummat ini dari para shahabat, tabi’in dan imam-imam
yang berada di atas petunjuk dalam tiga generasi terbaik pertama. Dan
kalimat As-Salaf juga digunakan kepada setiap orang yang berada pada
setelah tiga generasi pertama ini yang meniti dan berjalan di atas
manhaj mereka”.

Asal Penamaan Salaf Dan Penisbahan Diri Kepada
Manhaj Salaf

Asal penamaan Salaf dan penisbahan diri kepada
manhaj Salaf adalah sabda Nabi shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam
kepada putrinya Fathimah radihyallahu ‘anha :

فَإِنَّهُ نِعْمَ
السَّلَفُ أَنَا لَكِ

“Karena sesungguhnya sebaik-baik salaf bagi
kamu adalah saya”. Dikeluarkan oleh Bukhary no.5928 dan Muslim no.2450.

Maka
jelaslah bahwa penamaaan salaf dan penisbahan diri kepada manhaj Salaf
adalah perkara yang mempunyai landasan (pondasi) yang sangat kuat dan
sesuatu yang telah lama dikenal tapi karena kebodohan dan jauhnya kita
dari tuntunan syari’at yang dibawa oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wa alihi wa sallam, maka muncullah anggapan bahwa manhaj salaf itu
adalah suatu aliran, ajaran, atau pemahaman baru, dan anggapan-anggapan
lainnya yang salah.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam
Majmu’ Fatawa jilid 4 hal 149 : “Tidak ada celaan bagi orang yang
menampakkan madzhab salaf dan menisbahkan diri kepadanya dan merujuk
kepadanya, bahkan wajib menerima hal tersebut menurut kesepakatan (para
ulama). Karena sesungguhnya madzhab salaf itu adalah tak lain kecuali
kebenaran”.

Berikut ini saya akan memberikan beberapa contoh
untuk menunjukkan bahwa penggunaan nama salaf sudah lama dikenal.

Berkata
Imam Az-Zuhry (wafat 125 H) tentang tulang belulang bangkai seperti
bangkai gajah dan lainnya : “Saya telah mendapati sekelompok dari para
ulama salaf mereka bersisir dengannya dan mengambil minyak darinya,
mereka menganggap (hal tersebut) tidak apa-apa”. Lihat : Shohih Bukhary
bersama Fathul Bary jilid 1 hal.342.

Tentunya yang diinginkan
dengan ‘ulama salaf oleh Az-Zuhry adalah para shahabat karena Az-Zuhry
adalah seorang Tabi’i (generasi setelah shahabat).

Dan Sa’ad bin
Rasyid (wafat 213 H) berkata : “Adalah para salaf, lebih menyenangi
tunggangan jantan karena lebih cepat larinya dan lebih berani”. Lihat :
Shohih Bukhary dengan Fathul Bary jilid 6 hal.66 dan Al-Hafizh
menafsirkan kata salaf : “Yaitu dari shahabat dan setelahnya”.

Berkata
Imam Bukhary (wafat 256 H) dalam Shohihnya dengan Fathul Bary jilid 9
hal.552 : “Bab bagaimana para ‘ulama salaf berhemat di rumah-rumah
mereka dan di dalam perjalanan mereka dalam makanan, daging dan
lainnya”.

Imam Ibnul Mubarak (wafat 181 H) berkata :
“Tinggalkanlah hadits ‘Amr bin Tsabit karena ia mencerca para ‘ulama
salaf”. Baca : Muqoddimah Shohih Muslim jilid 1 hal.16.

Tentunya
yang diinginkan dengan kata salaf oleh Imam Bukhary dan Ibnul Mubarak
tiada lain kecuali para shahabat dan tabi’in.

Dan juga kalau kita
membaca buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan nasab, akan
didapatkan para ’ulama yang menyebutkan tentang nisbah Salafy
(penisbahan diri kepada jalan para ‘ulama salaf), dan ini lebih
memperjelas bahwa nisbah kepada manhaj salaf juga adalah sesuatu yang
sudah lama dikenal dikalangan para ‘ulama.

Berkata As-Sam’any
dalam Al-Ansab jilid 3 hal.273 : “Salafy dengan difathah (huruf sin-nya)
adalah nisbah kepada As-Salaf dan mengikuti madzhab mereka”.

Dan
berkata As-Suyuthy dalam Lubbul Lubab jilid 2 hal.22 : “Salafy dengan
difathah (huruf sin dan lam-nya) adalah penyandaran diri kepada madzhab
As-Salaf“.

Dan saya akan menyebutkan beberapa contoh para ‘ulama
yang dinisbahkan kepada manhaj (jalan) para ‘ulama salaf untuk
menunjukkan bahwa mereka berada di atas jalan yang lurus yang bersih
dari noda penyimpangan :

1. Berkata Imam Adz-Dzahaby dalam Siyar
A’lam An-Nubala` jilid 13 hal.183 setelah menyebutkan hikayat bahwa
Ya’qub bin Sufyan Al-Fasawy rahimahullah menghina ‘Utsman bin ‘Affan
radhiyallahu ‘anhu : “Kisah ini terputus, Wallahu A’lam. Dan saya tidak
mengetahui Ya’qub Al-Fasawy kecuali beliau itu adalah seorang Salafy,
dan beliau telah mengarang sebuah kitab kecil tentang As-Sunnah”.

2.
Dan dalam biografi ‘Utsman bin Jarzad beliau berkata : “Untuk menjadi
seorang Muhaddits (ahli hadits) diperlukan lima perkara, kalau satu
perkara tidak terpenuhi maka itu adalah suatu kekurangan. Dia memerlukan
: Aqal yang baik, agama yang baik, dhobth (hafalan yang kuat),
kecerdikan dalam bidang hadits serta dikenal darinya sifat amanah”.

Kemudian
Adz-Dzahaby mengomentari perkataan tersebut, beliau berkata : “Amanah
merupakan bagian dari agama dan hafalan bisa masuk kepada kecerdikan.
Adapun yang dibutuhkan oleh seorang hafizh (penghafal hadits) adalah :
Dia harus seorang yang bertaqwa, pintar, ahli nahwu dan bahasa, bersih
hatinya, senantiasa bersemangat, seorang salafy, cukup bagi dia menulis
dengan tangannya sendiri 200 jilid buku hadits dan memiliki 500 jilid
buku yang dijadikan pegangan dan tidak putus semangat dalam menuntut
ilmu sampai dia meninggal dengan niat yang ikhlas dan dengan sikap
rendah diri. Kalau tidak memenuhi syarat-syarat ini maka janganlah kamu
berharap”. Lihat dalam Siyar A’lam An-Nubala` jilid 13 hal.280.

3.
Dan Adz-Dzahaby berkata tentang Imam Ad-Daraquthny : “Beliau adalah
orang yang tidak akan pernah ikut serta mempelajari ilmu kalam (ilmu
mantik) dan tidak pula ilmu jidal (ilmu debat) dan beliau tidak pernah
mendalami ilmu tersebut, bahkan beliau adalah seorang salafy“. Baca
Siyar A’lam An-Nubala`jilid 16 hal.457.

4. Dan dalam Tadzkirah
Al-Huffazh jilid 4 hal.1431 dalam biografi Ibnu Ash-Sholah, berkata Imam
Adz-Dzahaby : “Dan beliau adalah seorang Salafy yang baik aqidahnya”.
Dan lihat : Thobaqot Al-Huffazh jilid 2 hal.503 dan Siyar A’lam
An-Nubala` jilid 23 hal.142.

5. Dalam biografi Imam Abul ‘Abbas
Ahmad bin ‘Isa bin ‘Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah
Al-Maqdasy, Imam Adz-Dzahaby berkata : “Beliau adalah seorang yang
terpercaya, tsabt (kuat hafalannya), pandai, seorang Salafy…”. Baca
Siyar A’lam An-Nubala` jilid 23 hal.18.

6. Dan dalam Biografi
Abul Muzhoffar Ibnu Hubairah, Imam Adz-Dzahaby berkata : “Dia adalah
seorang yang mengetahui madzhab dan bahasa arab dan ilmu ‘arudh, seorang
salafy, atsary”. Baca Siyar A’lam An-Nubala` jilid 20 hal.426.

7.
Berkata Imam Adz-Dzahaby dalam biografi Imam Az-Zabidy : “Dia adalah
seorang Hanafy, Salafy“. Baca Siyar A’lam An-Nubala`jilid 20 hal.316.

8.
Dan dalam Biografi Musa bin Ibrahim Al-Ba’labakky, Imam Adz-Dzahaby
berkata : “Dan demikian pula beliau seorang perendah hati, seorang
Salafy”. Lihat : Mu’jamul Muhadditsin hal.283.

9. Dan dalam
biografi Muhammad bin Muhammad Al-Bahrony, Imam Adz-Dzahaby Berkata :
“Dia seorang yang beragama, orang yang sangat baik, seorang Salafy”.
Lihat : Mu’jam Asy-Syuyukh jilid 2 hal.280 (dinukil dari Al-Ajwibah
Al-Mufidah hal.18).

10. Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqolany
dalam Lisanul Mizan Jilid 5 hal.348 dalam biografi Muhammad bin Qasim
bin Sufyan Abu Ishaq : “Dan Ia adalah Seorang yang bermadzhab Salafy”.

*dicopas dari:
http://abasalma.wordpress.com/2007/11/06/buat-yang-benci-salafy/

No comments: